Dari Rimba untuk Nusa
Negara
Indonesia mempunyai sejuta pesona yang tidak akan ada habisnya jika di tuangkan
kedalam sebuah maha karya tulisan. Terdiri dari beragam suku,budaya dan bahasa.
Di dalam negara ini juga tersipan kekayaan yang sungguh luar biasa banyaknya.
Tak akan ada habisnya jika di proyeksikan dalam sebuah bait puisi nan elok.
Terutama hutan rimbanya yang memiliki tingkat ke-eksotisan yang sunguh aduhai
indahnya. Namun sekarang ini keelokan itu hampir tinggal sebuah dongeng saja.
Dongeng yang akan terus di ceritakan kepada anak cucu tanpa mereka bisa
merasakan keindahannya. Itulah keadaannya jika tidak ada pemuda yang sadar akan
begitu pentingnya hutan nusantara ini. Pemerintah juga telah memperketat hukum
untuk mengatur sumber daya ini, namun kenyataannya urusan perut para pembalak
liar cukup untuk meloggarkan keketatan hukum yang ada itu. Maka dari itu selain
butuh hukum yang kuat, hutan juga perlu pemimpin yang disegani bukan di takuti
seperti masa orde baru. Dengan banyaknya masalah yang harus segera
terselesaikan agar tidak menjadi sebuah warisan pahit untuk anak cucu, maka
menjadi Menteri Kehutanan adalah tujuan karirku di ranah rimba nusantara ini.
Namun seperti halnya tukik yang di lepas oleh bibir pantai menuju bahtera kehidupan yang pedih, menjadi seorang
menteri kehutanan tidaklah mudah. Penuh terjangan dari lawan dan tusukan dari
belakang oleh teman. Modal transkip nilai dengan IP 4 saja tidaklah cukup
mengantarkan diri menjadi seorang menteri. Banyak hal yang haru di persiapkan sedemikian
elite untuk memangku jabatan menteri yang penuh wibawa dan tanggung jawab.
Hutan di
nusantara ini bukanlah milik kita seutuhnya, tetapi titipan generasi berikutnya
yang harus di jaga seapik mungkin. Disinilah seni dari tugas seorang menteri
kehutanan. Harus bisa menyelaraskan antara pemanfaatan hutan untuk ekonomi dan
perlindungan hutan untuk generasi berikutnya. Namun sebagai menteri yang bijak,
harus mampu menghilangakan paradigma tentang hutan yang menjadi sumber ekonomi
utama dari Indonesia. Hutan memenga menjadi segalanya tapi juga tidak bisa
menjadi segalanya dalam setiap poin penunjang kehidupan bangsa ini. Kemampuan
yang sangat berat untuk di lakukan namun harus di wujudkan. Kebijaksanaan tanpa
morallitas yang tangguh tak akan membuahkan hasil yang baik dalam mengelola
hutan. Perlu memfungsikan segala aspek yang terkait dengan kehutanan ini. Seorang
pemimin haru mampu menggerakkan semua bidang tersebut.”Pohon masih dapat
meminta air kepada hujan jika manusia tidak menyiramnya, namun jika pohon tidak
menyiramkan oksigen lagi, manusia tidak dapat meminta kepada siapapun di dunia
ini”. Kata-kata itu menjadikan pendorong luar biasa jika dapat di telaah lebih
dalam arti dan maksudnya. Masih banyak yang perlu di lakukan nantinya saat
keberhasilan yang sangat di impikan ini terwujud. Dengan senyum terkembang di
wajah dan api semangat pembaruan yang berkobar, siap membuat semua alat negara
yang berkaitan dengan hutan dengan kondisi macet ini, bisa kembali beroperasi
dengan lancar layaknya semuah negara yang memiliki sifat saling memiliki untuk
kebesamaan.
Sekali lagi
untuk menyukseskan dalam memangku jabatan yang besar ini di butuhkan segala
aspek yang berkaitan. Bagaikan gir di dalam sebuah jam, jika satu gir saja
rusak maka jam itu tidak akan berfungsi meskipun sumber daya energinya masih
banyak. Sama juga dengan negara kita ini jika ada satu aspekk yang rusak, maka
untuk menuju keharmonisan dalam membangun hutan tidak akan terjadi meski sudah
berusaha sekuat mungkin. Menteri Kehutanan bukanlah pekerjaan yang mudah, namun
juga bukan pekerjaan yang tak punya jalan keluar. Jika kelak jabatan menteri
terbenam dalam sanubari untuk lama mengendap selama lima tahun maka tak akan
tersiakan satu hari pun untuk mebuat hutan menunggu kerusakan yang lebih hebat
lagi. Dari rimba untuk membangun nusantara yang begitu tercita ini.