MENUJU
EKONOMI BIRU YANG UTUH
Oleh : Muhammad Fiqih
Pranata (Mahasiswa Fakultas Kehutaan UGM).
Megabiodiversity
dunia salah satunya terdapat di salah satu negara yang terletak di antara dua
benua besar dan juga dua samudra besar, Indonesia namanya. Negara yang 75%
wilayahnya adalah laut dan daerah pesisir (coastal zone) dengan wilayah zona
ekslusif ekonomi (ZEE) sejauh 12 mil. Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki
kekayaan maritim yang sungguh luar biasa. Terdapat lebih dari 8000 jenis ikan
dan 9000 jenis karang di dalam lingkup maritim Indonesia. Sehingga wilayah laut
Indonesia menjadi wilayah yang sangat rawan akan terjadinya penyelundupan dan pencurian
sumberdayanya. Jika wilayah laut dapat dioptimalkan dalam segala hal, tidak
diragukan lagi Indoesia akan menjadi negara yang memiliki kekuatan yang sangat
besar. Selain lautnya yang sangat megah, negara ini juga memiliki bentangan
alam hijau yang sungguh luas, potensi-potensi yang telah tergali selama ini
masih belum mampu mencapai puncak optimalisasi pemanfaatan. Sebagian rusak
karena kesalahan menerapkan sistem produksi dalam pemanfaatan. Pada mulanya
menggunakan konsep ekonomi merah, dimana hanya memperhatikan sektor keuntungan
saja. Selanjutnya berkembang menjadi sistem ekonomi hijau yang sudah
berorientasi terhadap pelestarian alam, namun harga dari produksi yang
dihasilkan masih sangat tnggi. Sehingga masih saja belum mampu menjawab
tantangan bahwa sistem ekonomi di dunia cenderung merusak alam. Kemudian munculah
konsep ekonomi biru, dimana dalam pengelolaan sumber daya alam dilakukan dengn
pengoptimalan dan pengefisiensian bahan baku. Juga produk yang dikeluarkan
mampu terjangkau oleh seluruh lapisan masayarakat sehingga akan muncul
pemerataan.
Baru-baru ini dalam Konfersi Rio +20 Brazil
akhir Juni 2012, Presiden RI dalam pidatonya menyerukan tentang pengembangan
konsep ekonomi hijau menjadi ekonomi biru. Ekonomi biru memiliki konsep melakukan
pengembangan sumber daya alam yang prosesnya belajar kepada alam. Ekonomi biru
juga mengajarkan kepada kita untuk tidak terus menerus bergantung kepada sektor
agraris, sebagai negara yang besar tentunya sektor laut menyimpan berjuta
potensi penyelamatan masa depan ketahanan pangan di Indonesia bahkan di dunia.
Oleh karena itu perlunya pengefisiensian produksi dari mulai bahan mentah
hingga limbah terolah menjadi barang yang masih memiliki nilai jual yang besar
dan tentunya berkualitas nan terjangkau. Sudah banyak sumberdaya alam yang
habis termanfaatkan namun belum mampu untuk mengentaskan kemiskinan di
Indonesia. Dengan konsep Ekonomi Biru ini sektor industri dunia diharapkan
mampu menciptakan produk dengan prinsip-prinsip Ekonomi Biru yaitu : Natural Resource Efficiency (Efisiensi
dalam pemanfaatan sumber dayaalam), Zero
Waste ( Tidak ada limbah dalam pemanfaatan sumber daya alam), Social
Inclusiveness ( Membuka lapangan pekerjaan pada rakyat miskin), Cycling system of production : endless
generation, balancing production and consumption(Sistem produksi yang
berkelanjutan dan seimbang) dan yang terakhir adalah Open ended innovation and adaption( menghasilka inovasi baru dan
mengadaptasi cara kerja alam) (Gunter Pauli, 2009).
Butuh banyak waktu untuk mengganti pola pikir serta
teknik pengelolaan sumberdaya alam yang baik bagi npara pelaku industri untuk
menuju konsep ekonomi biru yang utuh. Ini merupakan tantangan bagi para enterpreunership yang baru untuk
menciptkan konsep ekonomi biru di berbagi sektor, butuh kerja sama yang kuat di
tiap-tiap bagian, baik industri kecil maupun industri besar, dari desa ke kota,
dari berbagai sektor sumber daya alam, baik lautan, sungai dan hutan. Perlunya
penelitian-penelitian baru terhadap sistem produksi yang terintegrasi dengan
pelestarian alam, karena diduga masih banyak sekali yang belum dipelajari dari
alam itu sendiri. Dibutuhkan pengawasan yang ketat dalam pelaksanaannya,
ditakutkan akan terjadi pelanggaran-pelanggaran baru. Oleh sebab tu pemerintah
harus membuat suatu undang-undang baru untuk mengatur dan melindungi para
pelaku dari ekonomi biru agar tujuan utama dari penerapan konsep ini dapat
berjalan dengan baik. Selain itu seiring dengan pembangunan ekonomi menggunakan
konsep ekonomi iru ini, perlunya peningkatan kualitas dari masayrakat yang
nantinya akan bermain di dalam konsep ini. Apabila suatu sistem sudah baik
namun pelakunya tidak sepadan dengan kualitas konsep, maka konsep itu tidak
akan mencapai hasil yang maksimal, begitu pula sebalikya.
Sudah
dapat dipastikan bahwa pelaku dari ekonomi biru ini adalah para pemuda yang
sedang duduk di bankgu sekolah maupun kuliah. Diperlukan penanaman konsep ini
sejak dini, menyelipkan konsep ini di setiap pertemuan tatap muka dan
pembiasaan diri dengan konsep ini. Hal ini dapat menjadi langkah awal yang
palnig dasar dalam pembangunan ekonomi dengan konsep ekonomi biru. Pemerintah
sudah menyerukan konsep ini, alangkah baiknya bila univeritas mulai melakukan
pemahaman serentak terhadap mahasiswanya.
Ini menyoal tentang kualitas generasi masa depan, dimana semua yang ada
sekarang merupakan titipan dari generasi yang mendatang. Apabila kerusakan yang
terjadi akibat penerapan konsep ekonomi yang salah maka dapat dipastikan
generasi masa depan akan memiliki kualitas yang rendah. Oleh karena itu perlu sekali pegelolaan yang
baik. Diharapkan dengan menerapkan konsep ekonomi biru dalam segala bentuk
pengelolaan sumber daya alam, dapat mempertahankan keadaan wajah bumi yang biru
diantara planet di sistem tata surya ini. “Blue Ocean and Blue Sky”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar